BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi ) adalah penyakit dimana umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Dimana tekanan darah itu sendiri adalah tekanan didalam pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut 120/180 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi, disebut dengan tekanan diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi ( misalnya 160/90 mmHg ) sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan.
1.2. Tujuan
• Untuk mempelajari Asuhan keperawatan Hipertensi pada keluarga
• Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga tentang : tanda, gejala dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hipertensi
• Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga
BAB IIPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi ) adalah penyakit dimana umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Dimana tekanan darah itu sendiri adalah tekanan didalam pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut 120/180 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi, disebut dengan tekanan diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi ( misalnya 160/90 mmHg ) sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan.
1.2. Tujuan
• Untuk mempelajari Asuhan keperawatan Hipertensi pada keluarga
• Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga tentang : tanda, gejala dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hipertensi
• Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Keluarga
Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga menurut Salvicion G. Bail.on dan Aracelis Maglaya 1978.
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur.
2.2 Konsep CVA
CVA / Stroke disebut juga dengan serangan otak, merupakan jenis penyakit yang paling banyak dialami oleh orang yang berusia sudah tua. Stroke terjadi karena aliran darah yang mengalir ke daerah otak menjadi terputus sehingga sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan glukosa yang dibawa oleh darah pada akhirnya tidak berfungsi afektif dan menjadi mati.
Ada 2 tipe stroke :
1. Stoke iskemik kurang lebih memiliki pola kerja atau gangguan yang hamper sama seperti serangan jantung. Perbedaannya adalah terjadinya gangguan ini ada didalam pembuluh darah yang terdapat dalam otot. Stroke iskemik juga dapat terjadi apabila terlalu banyak plak (endapan lemak dan kolesterol yang menyumbat pembuluh darah di otak).
2. Stroke hemoragik, stroke ini terjadi karena adanya keretakan atau terpecahnya pembuluh darah yang ada di otak. Akibat terjadinya pemecahan ini, maka darah yang mengalir ke dalam jaringan otak menyababkan terjadinya kerusakan, terutama pada sel-sel otak.
Gejala umum terjadinya stroke ditandai dengan beberapa hal, antara lain :
• Mengalami kelemahan, atau bahkan mati rasa, terutama pada bagian wajah, lengan, dan tungkai pada salah satu sisi tubuh.
• Mengalami kekaburan penglihatan, atau bahkan mungkin hilangnya penglihatan dan kekaburan pada salah satu mata.
• Mengalami kesulitan untuk berbicara atau sulit memahami apa yang sedang dibicarakan orang lain kepadanya.
• Mengalami sakit kepala yang amat sangat, tanpa diketahui sebab-sebabnya.
• Mengalami kehilangan keseimbangan tubuh atau mengalami ketidakstabilan pada saat berjalan.
Ada dua factor resiko yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya stroke :
1. Factor resiko yang dapat dikendalikan.
Faktor resiko bagi penderita stroke yang masih dapat dikendalikan sehingga mereka masih memiliki peluang untuk disembuhkan, meliputi : sekaligus menderita hipertensi, menderita diabetes, mengalami peningkatsn kolesterol yang cukup tinggi, pecandu alcohol, perokok, mengalami kelebihan BB, dan menderita penyakit arteri koroner.
2. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
Sementara penderita stroke yang factor resikonya tidak dapat dikendalikan sehingga ulit disembuhkan secara medis, antara lain : factor usia yang sudah mencapai 65 thn ke atas, jenis kelamin (seorang pria memiliki potensi yang lebih banyak mengalami stroke, sedangkan wanita lebih berpotansi mengalami stroke yang lebih mematikan), factor sejarah keluarga, artinya seseorang yang memiliki gen dari sebuah keluarga yang mengalami stroke, maka factor itu secara medis biasanya akan sullit dikendalikan.
2.3 Konsep Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
B. Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress
2. Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
• Keturunan
• Usia
• Berat badan
• Perokok
• Pola makan dan gaya hidup
• Aktivitaas olah raga
C. Patofisiologi
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penurunan kesadaran, daan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
D. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National Committee on Prevention 1997 dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg
a. Normal 130 – 139 85 – 89
b. Perbatasan 140 – 159 90 – 99
c. Hipertensi tingkat I 160 – 179 100 – 109
d. Hipertensi tingkat 2 > 180 < 85
e. Hipertensi tingkat 3 < 130 > 110
E. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, dkk, 1999).
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi asimtomatis, mempunyai gejala :
1. Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
2. Vertigo dan muka merah.
3. Epistaksis sppontan.
4. Kelelahan
5. Mual dan muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
9. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal.
10. Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan, maka akan terjadi :
a. Insufiensi koronen dan penyumbatan.
b. Gagal jantung.
c. Gagal ginjal.
d. Cerebrovaskular accident (stroke).
F. PNP
Pathway Keperawatan disusun dengan mengambil sumber dari ;Kapita Selecta Kedokteran, Jilid I, Ed. Ketiga, 1999 dan Nasrul Effendy, Asuhan Keperawatan Keluarga, 1999
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Demografi :
• Usia : Terjadi pada usia 30-40 tahun
• Ras : terjadi dua kali lebih besar pada orang kulit hitam (orang afrika)
• Jenis kelamin : meningkat pada laki-laki
B. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
• Kegemukan / obesitas
• Riwayat keluarga positif
• Peningkatan kadar lipid serum
• Merokok sigaret berat
• Penyakit ginjal
• Terapi hormon kronis
• Gagal jantung
• Diet
• Kehamilan
C. Pemeriksaan fisik :
• Otak : sakit kepala, mual, muntah,kebas kaki atau kesemutan pada ekstremitas,ensefalopati hipertensif (mengantuk, kacau mental, kejang atau koma).
• Mata :retinopati (hanya dapat dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop yang menunjukkan hemoragi retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur
• Jantung :gagal jantung (dispnea ppada pengerahan tenaga,takikardia)
• Ginjal : penurunan pengeluaran urin dalam hubungannya dengan pemasukan cairan, penambahan berat badan tiba-tiba dan edema.
D. Pemeriksaan Diagnostik
• Sinar X dada dapat menunjukkan kardiomegali
• EKG dapat menunjukkan proteinuria, hematuria mikroskopik
• Survei kimia dapat menunjukkan peningkatan kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN)
• Profil lipid dapat menunjukkan peningkatan kolesterol dan trigliserida
• Elektrolit serum dapat menunjukkan peningkatan natrium
Kadar katekolamin meningkat bila hipertensi disebabkan oleh feikromositoma (tumor medulla adrenal)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan, faktor resiko.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan, faktor resiko.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kenaikan tekanan darah diatas 140/90 mmHg.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan dan penyuluhan, keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.
Intervensi :
• Gali pengetahuan keluarga mengenai hipertensi.
Rasional : persepsi yang salah dapat menghambat program pengobatan .
• Jelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi.
Rasional : keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengertian, penyebab , tanda dan gejala dari hipertensi.
• Jelaskan cara pencegahan hipertensi
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi
• Beri kesempatan pada keluarga untuk mengelompokkan makanan yang tidak boleh/dikurangi.
Rasional : makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak akan memperberat hipertensi.
• Jelaskan pada keluarga akibat lanjut dari hipertensi.
Rasional : keluarga mengetahui akibat lanjut hipertensi bila tidak ditangani.
• Bimbing keluarga untuk mencegah serangan.
Rasional : dengan membimbing keluarga diharapkan tidak terjadi serangan ulang.
• Diskusikan bersama keluarga cara pengolahan makanan untuk penderita hipertensi.
Rasional : memberikan pengetahuan pengolahan makanan dimana keluarga membuat pertimbangan dalam mengolah makanan untuk penderita hipertensi.
• Bimbing keluarga untuk melakukan pencegahan dan perawatan hipertensi.
Rasional : keluarga mengetahui dan memahami perawatan hipertensi dengan benar.
• Jelaskan pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
Rasional : keluarga dapat memilih fasilitas kesehatan yang sesuai dengan pilihannya.
• Tanyakan pada keluarga fasilitas mana yang akan digunakan apabila ada keluarga yang sakit.
Rasional : untuk mengetahui respon keluarga apabila ada keluarga yang sakit.
• Anjurkan untuk mengunjungi tempat pelayanan kesehatan bila sakit.
Rasional : keluarga dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan atau penyuluhan , diharapkan nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau penyuluhan kesehatan diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi :
• Gali pengetahuan keluarga tentang relaksasi.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai relaksasi.
• Diskusikan cara relaksasi.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana keluarga dapat membuat pertimbangan dalam melakukan relaksasi.
• Beri penjelasan tentang relaksasi.
Rasional : memberikan informasi yang benar sehingga tahu tentang relaksasi.
• Demonstrasikan tekhnik relaksasi
Rasional : melihat secara langsung tekhnik relaksasi.
• Beri kesempatan redemonstrasi relaksasi.
Rasional : dapat melakukan relaksasi tanpa bantuan.
• Jelaskan penyebab nyeri
Rasional : keluarga tahu penyebab nyeri sehingga tidak salah dalam menangani atau mengobati nyeri.
• Bimbing keluarga untuk mengurangi nyeri.
Rasional : keluarga mampu mengurangi / menanggulangi nyeri.
• Diskusikan cara mengurangi nyeri
Rasional : keluarga membbuat pertimbangan untuk mengatasi nyeri.
• Jelaskan tentang akibat nyeri
Rasional : keluarga mampu menangani nyeri sedini mungkin.
• Ulangi penjelasan yang kurang dimengerti.
Rasional : keluarga mengerti betul akibat nyeri.
• Jelaskan pada keluarga tempat–tempat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.
Rasional : untuk mengarahkan keluarga ke mana harus membawa anggota keluarganya yang sakit.
• Tanyakan fasilitas kesehatan mana yang akan digunakan keluarga kaitannya dengan sakit yang di derita anggota keluarganya.
Rasional : untuk mengetahui respon keluarga tentang adanya fasilitas kesehatan yang ada.
• Anjurkan pada keluarga untuk mengunjunginya.
Rasional : keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
3.4 Implementasi
1. Diagnosa 1 :
• Menggali pengetahuan keluarga mengenai hipertensi.
• Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan hipertensi.
• Mendiskusikan cara pencegahan hipertensi.
• Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengelompokkan makanan yang tidak boleh/dikurangi.
• Menjelaskan pada keluarga komplikasi dari penyakit hipertensi.
• Mendiskusikan cara pengolahan makanan untuk penderita hipertensi.
• Memberikan bimbingan cara pengolahan makanan.
• Menggali pengetahuan keluarga tentang perawatan hipertensi.
• Membimbing keluarga tentang pencegahan dan perawatan hipertensi.
• Mengulangi penjelasan cara perawatan hipertensi.
• Menjelaskan pada keluarga berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat didunakan.
• Menanyakan pada keluarga fasilitas kesehatan yang akan digunakan.
• Memberikan dorongan untuk mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat.
2. Diagnosa 2 :
• Menanyakan pada keluarga tentang relaksasi.
• Mendiskusikan cara menangani nyeri.
• Memberi penyuluhan tentang relaksasi.
• Melakukan demonstrasi relaksasi.
• Memberikan keempatan pada keluarga untuk redemonstrasi relaksasi.
• Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab nyeri.
• Mendiskusikan dengan keluarga untuk mengurangi nyeri.
• Memberikan bimbingan untuk mengurangi nyeri.
• Menjelaskan tentang akibat nyeri.
• Mengulangi penjelasan agar lebih jelas lagi.
• Menjelaskan pada keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.
• Menanyakan pada keluarga fasilitas mana yang akan digunakan.
• Memberikan dorongan untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat.
3.5 Evaluasi
1. Diagnosa 1 :
• Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang hipertensi.
• Keluarga sudah tahu tentang tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi.
• Keluarga mampu menyebutkan jenis makanan yang tidak boleh/dikurangi.
• Keluarga mengatakan sudah jelas dengan materi yang disampaikan oleh perawat.
• Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi dari hipertensi.
• Keluarga mampu menyebutkan cara pengolahan makanan bagi penderita hipertensi.
• Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang perawatan hipertensi dengan di bantu oleh penyuluh.
• Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan dan perawatan hipertensi.
• Keluarga mengatakan penjelasan yang disampaikan cukup jelas.
• Keluarga mampu menyebutkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan,
• Keluarga mengatakan mau mengunjungi Puskesmas untuk mengobati sakitnya.
2. Diagnosa 2 :
• Keluarga sudah tahu tentang relaksasi.
• Keluarga mampu melakukan relaksasi.
• Keluarga mampu menyebutkan penyebab nyeri.
• Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengurangi nyeri.
• Keluarga mampu menyebutkan akibat nyeri yang berkelanjutan.
• Keluarga dapat mengerti fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.
• Keluarga mengatakan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada bila ada yang mengalami gangguan kesehatan, mau mengunjungi Puskesmas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
• Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
• Hipertensi disebabkan oleh pola makan dan kebiasaan yang kurang baik, begitu juga factor usia dan keturunan termasuk factor resiko terjadinya hipertensi.
• Keluarga dengan salah satu anggota mengalami hipertensi harus mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan hipertensi dan komplikasi hipertensi yang bisa menyebabkan CVA / stroke.
4.2 Saran
• Hindari makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak karena hal itu akan memperberat hipertensi.
• Olahraga yang cukup dan terapkan pola hidup yang sehat, berhenti merokok.
• Pergilah ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa keadaan tubuh jika dirasa ada yang sakit, sehingga penyakit akan diketahui sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 1998. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta : EGC.
FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta : 2001.
Mansjoer Arif, dkk, The sixt Report of Join National Committee on Prevention (JNL, 1997).
Scribd, Askep Hipertensi dan CVA, 2009.
Susilawati. Kumpulan Askep. 29 Februari 2008.
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar